Kamis, 27 September 2018

Ciri-ciri tumbuhan dikotil dan monokotil

Ciri tumbuhan monokotil dan dikotil dapat diamati pada morfologi organ seperti pertulangan daun, kambium batang, jumlah mahkota bunga, dan lain – lain. Contoh tumbuhan berkeping satu atau tumbuhan ke dalam kategori monokotil adalah padi, pisang, bambu, jagung, tebu dan lan – lain. Tanaman yang termasuk ke dalam kategori dikotil adalah kacang-kacangan, mangga, tomat, rambutan, dan lain – lain.
Perbedaan antara tumbuhan monokotil dan dikotil menjadi dasar utama dalam klasifikasi berdasarkan jumlah kotiledonnya. Kotiledon telah dijelaskan bahwa daun lembaga yang memiliki fungsi menyimpan nutrisi untuk calon embrio. Nutrisi tersebut akan dimanfaatkan hingga embrio pada biji telah tumbuh menjadi individu baru dengan daun -daun yang dapat memproduksi makanan untuk tubuhnya sendiri melalui proses metabolisme fotosintesis.
Tumbuhan yang telah mampu untuk berfotosintesis maka dapat memproduksi sendiri energi untuk metabolisme proteinmetabolisme karbohidratmetabolisme asam amino dan protein, dan metabolisme lemak. Jumlah kotiledon pada tumbuhan yang tergolong ke dalam kelompok monokotil adalah satu, sedangkan tumbuhan yang tergolong kelompok dikotil yakni dua kotiledon.

Ciri Tumbuhan Dikotil

  • Biji pada tumbuhan yang tergolong dalam dikotil yakni berkeping dua. Hal ini dapat dilihat saat proses perkecambahan biji membelah menjadi dua bagian.
  • Tulang daun pada tumbuhan dikotil yakni daun menjari atau menyirip.
  • Bunga pada tumbuhan dikotil memiliki jumlah mahkota, jumlah kelopak, dan jumlah benang sari bunga mulai dari kelipatan 4 atau 5.
  • Pada tumbuhan dikotil  memiliki sistem perakaran tunggang yang terbentuk dari percabangan akar utama (radikula). Akar berkembang dari akar utama sehingga lebih kokoh dan menghujam ke dalam tanah. Pada tumbuhan dikotil pada umumnya  akar yang terbentuk berasal dari ujung bawah embrio atau di sebut radikula. Radikula adalah pembentuk meristem apikal yang kemudian membentuk jaringan – jaringan akar.
  • Pertumbuhan sekunder pada tumbuhan dikotil pada umumnya terjadi pada pertumbuhan sekunder sehingga tubuh pada tumbuhan membesar. Pertumbuhan sekunder pada kelompok tumbuhan dikotil akan membuat terbentuknya kayu serta kulit pada setiap pohon. Pohon akan ditemukan diameter musim yang tampak pada bagian batang. Pertumbuhan karena adanya kambium tersebut memudahkan dalam melihat berapa lama umur dari pohon.
  • Berkas pengangkut pada tumbuhan dikotil dapat mengamati pembentukan cincin (melingkar). Cincin tersebut teratur sehingga dapat dengan mudah mengamati susunan atas korteks dan bagian stele yang terdapat pembukuh angkut xilem dan pembuluh angkut floem. Pada berkas pengangkut yang terdiri dari jaringan pengangkut xilem dan jaringan pengangkut floem ditemukan adanya tulang daun. Pembuluh angkut xilem terdiri dari susunan pembuluh-pembuluh yang berbentuk panjang dan pembuluh yang berbentuk tabung. Pembuluh xilem memiliki fungsi untuk mengangkut air dari organ akar hingga ke organ daun. Air yang diangkut akan menggantikan air yang hilang saat proses transpirasi terjadi. Pada tumbuhan floem berfungsi untuk mendistribusikan atau menyebarkan produk hasil fotosintesis berupa makanan dari daun ke batang sehingga seluruh bagian tumbuhan dapat memperoleh energi.
  • Serbuk sari pada tumbuhan dikotil memiliki 3 alur pada tiap bulir serbuk sari.
  • Pembuluh kayu pada tumbuhan dikotil akan ditemukan kambium pada organ bagian akar dan organ batang

Ciri Tumbuhan Monokotil

  • Biji pada tumbuhan yang tergolong kepada kelompok monokotil yaitu berkeping satu. Pada saat perkecambahan tidak ada pembelahaan.
  • Pada tumbuhan monokotil memiliki tulang daun sejajar atau tulang daun melengkung.
  • Bunga pada kelompok tumbuhan monokotil memiliki jumlah mahkota, jumlah kelopak, dan jumlah benang sari bunga mulai dari kelipatan 3. Jumlah pada bagian-bagian organ bunga dan tulang daun tidak menjadi pembeda yang pasti dalam membedakan tumbuhan monokotil dan tumbuhan dikotil. Hal tersebut berdasarkan dari ditemukannya beberapa tumbuhan yang tidak sesuai dengan ciri-ciri umum keduanya
  • Sistem akar pada bagian bagian akar monokotil dan dikotil berbeda. Pada tumbuhan monokotil memiliki sistem perakaran serabut yang terbentuk dari akar samping. Akar utama tidak mengalami perkembangan sehingga perakaran lebih lemah. Pada bagian ujung akar lembaga dilindungi dengan koleoriza. Pada tumbuhan monokotil, akar yang telah terbentuk berasal dari pembengkakan akar adventif.
  • Pertumbuhan Sekunder pada tumbuhan monokotil tidak terjadi pertumbuhan sekunder. Pada kelompok ini yang terjadi hanya pertumbuhan secara memanjang. Pertumbuhan kambium tidak terjadi pada tumbuhan monokotil.
  • Pada tumbuhan monokotil memiliki berkas pengangkut yang tersebar pada  seluruh batang tanpa adanya susunan khusus. Tumbuhan kelompok monokotil tidak memiliki korteks di bagian penyusun jaringan. Pembuluh angkut xilem dan dan pembuluh angkut floem dibentuk berdasarkan dari sel-sel kambium yang bersifat meristematik. Jaringan pembuluh angkut yang terbentuk dari jaringan berkambium kemudian mengalami pertumbuhan  ke bagian luar sehingga terjadi pembentukan kulit pohon atau bark. Pada pembentukan ke bagian dalam akan membentuk batang kayu atau wood. Bagian kayu adalah sel – sel jaringan xilem yang telah mengalami kematian dan mengalami pengeringan. Jaringan pengangkut yang telah mati tersebut akan mengeras dan tumbuh padat akibat adanya kandungan lignin pada dinding sel. Penebalan secara sekunder yang menebal akibat lignin yang tersusun atas polimer fenol kompleks sehingga berguna dalam pembuatan kayu menjadi keras, padat, dan berwarna kecoklatan.
  • Serbuk Sari pada tumbuhan monokotil memiliki alur tunggal pada tiap butir serbuk sari. Pada tumbuhan dikotil memiliki 3 alur pada tiap bulir serbuk sari.
  • Pembuluh Kayu pada struktur batang dikotil dan monokotil berbeda. Pada tumbuhan monokotil tidak dilengkapi dengan pembuluh kayu. Hal tersebut dapat dlihat atau diamati pada famili rumput-rumputan atau poaceae.

Anatomi tumbuhan

Anatomi tumbuhan atau fitotomi adalah melihat keseluruhan fisik sebagai bagian-bagian yang secara fungsional berbeda. Anatomi tumbuhan biasanya dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan hierarki dalam kehidupan:
  • Organologi, mempelajari struktur dan fungsi organ berdasarkan jaringan-jaringan penyusunnya;
  • Histologi, mempelajari struktur dan fungsi berbagai jaringan berdasarkan bentuk dan peran sel penyusunnya; dan
  • Sitologi, mempelajari struktur dan fungsi sel serta organel-organel di dalamnya, proses kehidupan dalam sel, serta hubungan antara satu sel dengan sel yang lainnya. Sitologi dikenal juga sebagai biologi sel.
Morfologi tumbuhan juga sering kali dikaji bersama-sama dengan anatomi tumbuhan.
A.  AKAR
Secara umum, ada dua jenis akar yaitu:
  • Akar serabut : Akar ini umumnya terdapat pada tumbuhan monokotil. Walaupun terkadang, tumbuhan dikotil juga memilikinya (dengan catatan, tumbuhan dikotil tersebut dikembangbiakkan dengan cara cangkok, atau stek). Fungsi utama akar serabut adalah untuk memperkokoh berdirinya tumbuhan.
  • Akar tunggang : Akar ini umumnya terdapat pada tumbuhan dikotil. Fungsi utamanya adalah untuk menyimpan makanan.
Anatomi akar terdiri dari:
  • Kambium : lapisan sel hidup pada tumbuhan yang aktif membelah berfungsi untuk memperbesar batang, terletak di antara kulit dan kayu.
  • Pembuluh tapis (floem) : deretan sel yang dindingnya searah dengan poros akar – batang dan berlubang – lubang halus sehingga membentuk pembuluh. Fungsinya untuk mengangkut zat makanan dari akar keseluruh tubuh tumbuhan.
  • Pembuluh kayu (xylem) : deretan sel yang dindingnya searah dengan poros akar – batang dan menyatu. Fungsinya untuk menyalurkan air yang mengandung mineral dari akar ke daun dan bagian lain tubuh.
B.  BATANG
Batang tumbuhan mempunyai bentuk berbeda – beda. Pada umumnya batang dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
  • Batang  Berkayu
Tumbuhan jenis ini biasanya besar, tinggi, dan bercabang – cabang. Daun tumbuhan ini biasanya rimbun. Contohnya : mangga, jati, pohon jambu, dan lainnya.
  • Batang Tidak Berkayu
Tumbuhan jenis ini biasanya tidak terlalu tinggi dan daunnya menempel pada batang. Contohnya : jagung dan tebu.
  • Batang Semu
Tumbuhan jenis ini berupa pelepah – pelepah yang membentuk batang. Contohnya : pisang.
Keterangan struktur anatomi batang, yaitu :
  1. Epidermis        : epidermis batang mempunyai sel – sel silika dan sel – sel gabus, misalnya pada batang tebu (Saccharum officinarum), dan kadang – kadang di lapisi oleh sel kutikula.
  2. Periderm          : selaput luar epidermis yang terdapat di sekeliling mulut membentuk tonjolan berbentuk piala.
  3. Kortek             : lapisan luar suatu organ, pada tumbuhan di bawah epidermis sebelah luar silinder pusat, terdiri dari sel – sel parenkim.
  4. Floem primer   : dibentuk oleh prokambium ujung batang dan akar.
  5. Floem sekunder           : terdiri dari unsur trakeal, serabut xylem dan parenkim kayu.
  6. Kambium        : lapisan sel hidup terletak di kulit dan kayu, yang membuat jaringan kayu baru ke sebelah dalam dan membuat jaringan kulit baru ke sebelah luar. Fungsinya untuk memperbesar batang.
  7. Xylem sekunder          : terdiri dari unsur trakeal, serabut xylem dan parenkim kayu.
  8. Xylem primer  : dibentuk oleh prokambium ujung batang dan akar.
C.  DAUN
Daun mempunyai bentuk yang bermacam – macam. Bentuk daun dapat dibedakan menjadi 5 macam, yaitu :
ø     Bentuk bulat atau bundar : teratai besar.
ø     Bentuk perisai : daun jarak.
ø     Bentuk jorong : daun nangka dan nyamplung.
ø     Bentuk memanjang : daun sirkaya dan sirsak.
ø     Bentuk lanset : daun kamboja.
Keterangan gambar anatomi daun, yaitu :
  • Epidermis terbagi atas epidermis atas dan epidermis bawah. Epidermis berfungsi melindungi jaringan di bawahnya.
  • Jaringan palisade atau jaringan tiang adalah jaringan yang berfungsi sebagai tempat terjadinya fotosintesis
  • Jaringan spons atau jaringan bunga karang yang berongga. Jaringan ini berfungsi sebagai tempat menyimpan cadangan makanan.
  • Berkas pembuluh angkut yang terdiri dari xilem atau pembuluh kayu dan floem atau pembuluh tapis. Xilem berfungsi untuk mengangkut air dan garam-garaman yang diserap akar dari dalam tanah ke daun (untuk digunakan sebagai bahan fotosintesis). Sedangkan floem berfungsi untuk mengangkut hasil fotosintesis ke seluruh tubuh tumbuhan.
  • Stoma (jamak: stomata) berfungsi sebagai organ respirasi. Stoma mengambil CO2 dari udara untuk dijadikan bahan fotosintesis. Kemudian stoma akan mengeluarkan O2 sebagai hasil fotosintesis. Stoma ibarat hidung kita dimana stoma mengambil CO2 dari udara dan mengeluarkan O2, sedangkan hidung mengambil O2 dan mengeluarkan CO2. Stoma terletak di epidermis bawah. Selain stoma, tumbuhan tingkat tinggi juga bernafas melalui lentisel yang terletak pada batang.
—D.  BUNGA
Mahkota bunga : untuk memikat serangga yang menolong penyerbukan.
Benang sari : merupakan alat kelamin jantan pada tumbuhan, mengandung tepung sari.
Kelopak : pembungkus bunga selagi kuncup.
Putik : alat kelamin betina pada tumbuhan, yang akan menjadi bakal buah.
Dasar bunga : terletak di pangkal bunga, tempat melekatnya perhiasan bunga dan alat pembiakan.
Tangkai bunga : tempat melekatnya bunga.
—E.  BUAH
Buah merupakan perkembangan dinding bakal buah dan terkadang juga bagian – bagian bunga lainnya. Buah terdiri atas kulit buah, daging buah dan biji.
F.  BIJI
Keterangan struktur anatomi biji, yaitu :
  • Kulit biji          : terletak di bagian luar biji dan melapisi seluruh bagian biji.
  • Hipokotil         : bagian bawah aksis (pangkal) yang melekat pada kotiledon.
  • Radikula          : bagian terminal (ujung).
  • Epikotil           : bagian atas pangkal.
  • Plumula           : bagian ujung, yaitu pucuk dengan sepasang daun.
  • Kotiledon        : bagian cadangan makanan.

Morfologi Tumbuhan

Morfologi tumbuhan merupakan ilmu yang mempelajari bentuk fisik dan struktur tubuh dari tumbuhanmorfologi berasal dari bahasa Latin morphus yang berarti wujud atau bentuk, dan logos yang berarti ilmu.[1][2] Morfologi tumbuhan berbeda dengan anatomi tumbuhan yang secara khusus mempelajari struktur internal tumbuhan pada tingkat mikroskopis.[3]Morfologi tumbuhan berguna untuk mengidentifikasi tumbuhan secara visual, dengan begitu keragaman tumbuhan yang sangat besar dapat dikenali dan diklasifikasikan serta diberi nama yang tepat untuk setiap kelompok yang terbentuk, ilmu yang mempelajari klasifikasi serta pemberian nama tumbuhan adalah taksonomi tumbuhan.[2][4]
Morfologi tumbuhan tidak hanya menguraikan bentuk dan susunan tubuh tumbuhan saja, tetapi juga untuk menentukan fungsi dari masing-masing bagian dalam kehidupan tumbuhan, dan selanjutnya juga berusaha mengetahui dari mana asal dan susunan tubuh yang terbentuk.[4] Informasi morfologi dibutuhkan dalam pemahaman siklus hidup, penyebaran geografisekologievolusikonservasi, serta pendefinisian spesies.[5]

Sejarah dan perkembangan[sunting | sunting sumber]

Johann Wolfgang von Goethe, seorang ilmuwan yang berpengaruh dalam ilmu morfologi tumbuhan. Salah satu konsep yang dipublikasikannya adalah Urpflanze.[6]
Morfologi tumbuhan diperkenalkan pertama kali oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman yaitu Johann Wolfgang von Goethe pada tahun 1790.[7] Sejarah perkembangan morfologi tumbuhan berpusat di Jerman, selain Goethe tokoh lain yang paling berpengaruh antara lain yaitu: Wilhelm Hofmeister, Karl von Goebel, Walter Zimmermann, dan Wilhelm Troll.[7]Metode yang digunakan oleh Goethe adalah morfologi komparatif atau tipologi yang berpandangan bahwa meskipun organ pada tumbuhan berbunga menunjukkan keragaman, terdapat sebuah bentuk rancangan dasar yang disebut Bauplan yang mendasari keragaman bentuk tubuh tumbuhan tersebut.[6] Studi morfologi di Jerman melibatkan perbedaan pandangan dan perdebatan oleh masing-masing ilmuwan. Goethe yang hanya bisa menerima konsep jenis tumbuhan sedangkan Zimmermann yang hanya menerima kelompok secara alami terbentuk melalui evolusi serta berasal dari nenek moyang yang sama.[8] Pada saat yang sama, Agnes Arber pada tahun 1950 mempublikasikan kelompok alami tumbuhan, yang berangkat dari pandangan bahwa perkembangan tumbuhan akan terjadi terus-menerus.[8] Sejak pertama kali diperkenalkan oleh Goethe sampai melalui sejarah perdebatan antar ilmuwan, konsep morfologi tumbuhan telah berkembang dan diterima secara umum bahwa tumbuhan merupakan organisme yang berkembang melibatkan aspek dasar botani yaitu: morfologi, dimensi, fungsi, dan anatomi; Fungsinya pun berkembang selaras dengan evolusi organisme moyangnya.[9]

Urpflanze[sunting | sunting sumber]

Gambaran konsep Urpflanze(tumbuhan moyang) dari J.W. von Goethe. Cetak cukil kayu karya P.J.F. Turpin.
Urpflanze merupakan konsep tumbuhan moyang yang menggambarkan asal-muasal keberagaman bentuk tumbuhan.[10] Konsep urpflanzediperkenalkan oleh Goethe melalui publikasinya berjudul Metamorfosis tumbuhan (bahasa Inggris:The Metamorphosis of Plants) pada tahun 1978, ide Goethe mengenai konsep urpflanze berawal dari sebuah pertanyaan “bagaimana saya dapat mengetahui kalau suatu bentuk merupakan sebuah tumbuhan kalau itu semua tidak tercipta dan berasal dari suatu ‘bentuk dasar’ yang sama?”.[10] Pada tahun 1786 sampai 1788 Goethe melakukan perjalanan ke Italia, pada saat itu pengetahuan tentang tumbuhan dan botani belum begitu menjadi perhatian, bahkan diabaikan.[11] Perjalanannya ke Italia dilakukan secara bertahap, sembari mengembangkan dan memodifikasi konsep urpflanze yang tercatat pada buku catatannya.[11] Bersamaan dengan perjalanannya ke Italia Goethe mengembangkan dan memodifikasi konsep urpflanze secara bertahap.[11] Dalam buku catatan perjalanannya, Goethe sendiri berpendapat bahwa tanaman moyang dalam konsep urpflanze akan menjadi mahluk paling aneh di dunia, namun dengan model tumbuhan moyang ini akan mungkin untuk terus-menerus tercipta berbagai jenis tumbuhan yang eksistensinya dapat diterima secara logis; artinya, jika tumbuhan moyang itu tidak benar benar ada, keberadaanya tetap logis, karena mereka bukan sekadar imajinasi yang sia-sia, namun merupakan sebuah proses pencarian kebenaran dan kebutuhan batin.[6][11]Beberapa teori botani modern mulai menyetujui konsep pemikiran awal Goethe seperti pada penemuan dalam studi genetika pada tumbuhan berbunga yang menunjukkan, bahwa tampaknya terdapat suatu gen tunggal yang memicu munculnya bunga.[11] Penemuan ini dianggap telah mengkonfirmasi teori yang diajukan Goethe, bahwa organ-organ yang berbeda dalam bunga, seperti kelopak dan benang sari, dan semua variasi yang terbentuk berada pada satu tema "Bauplan".[11]

Biologi molekular[sunting | sunting sumber]

Seiring dengan berkembangnya biologi molekular, data morfologi juga ikut disertakan untuk mempelajari hubungan antara kelompok moyang tumbuhan sebagai asal usulnya dalam studi filogeni.[5] Salah satu bentuk penggunaan data morfologi dalam studi filogeni adalah dengan mengkombinasikannya dengan data struktur molekul atau sekuens.[12]Studi morfologi tumbuhan, genetika, dan biogeografi dapat menjadi cara untuk menelusuri populasi tumbuhan moyang dan juga bagi populasi yang sering terseleksi.[5]Penelusuran populasi tersebut berfungsi untuk melestarikan karakteristik morfologi tumbuhan.[5]

Ruang lingkup[sunting | sunting sumber]

Contoh tumbuhan paku (atas), dan tumbuhan berbiji (bawah), keduanya merupakan golongan tumbuhan yang menjadi bahasan morfologi tumbuhan karena bagian-bagiannya terdiferensiasi secara nyata (dapat dibedakan).[4]
Definisi dari morfologi tumbuhan adalah “studi tentang perkembangan bentuk, dan struktur tumbuhan, yang berimplikasi upaya untuk menginterpretasi berdasarkan kesamaan asal dan tujuan”.[13] Fokus dari morfologi tumbuhan adalah bentuk dan susunan luar tubuh tumbuhan pada tumbuhan yang telah terdiferensiasi yang termasuk dalam kelompok kormus (Cormophyta).[4] Sedangkan golongan lain: CyanobacteriaThallophyta, dan Bryophyta yang masuk kedalam bahasan anatomi tumbuhan karena tubuhnya belum terdiferansiasikan.[4] Sehingga hanya dua golongan tumbuhan yang menjadi bahasan morfologi tumbuhan yaitu: Pteridophyta (tumbuhan paku), dan Spermatophyta (tumbuhan biji).[4] Studi tentang morfologi tumbuhan harus melihat dari tiga aspek utama yang merepresentasikan arti dan fakta dari studi morfologi, yaitu: deskripsi secara lisan dari suatu bentuk, klasifikasi bentuk, genesis bentuk atau morfogenesis.[14]
Sistematika tumbuhan dan morfologi tumbuhan saling bersinggungan, meskipun begitu keduanya merupakan disiplin ilmu yang berbeda dengan fokus dan tujuan yang berbeda pula.[7] Sistematika lebih menekankan homologi atau kesamaan dari dua spesies dengan asal nenek moyang yang sama, sedangkan morfologi menekankan pada analogi atau konvergensi.[7] Praktik dua disiplin ilmu ini bekerja secara berlawanan, sistematika menggunakan karakteristik morfologi untuk mengelompokan keragaman kedalam subunit taksonomi-nya, sedangkan morfologi tumbuhan menggunakan keragaman tersebut untuk menyimpulkan dasar-dasar bentuk tanpa memperhatikan hubungan sistematikanya.[7]

Deskripsi[sunting | sunting sumber]

Keragaman bentuk tumbuhan sangat beragam bahkan tak terbatas, sehingga tidak akan pernah mungkin untuk membeberikan istilah untuk semua bentuk yang ada.[14]Beberapa kategori yang sering muncul dikelompokkan dan diberi nama, contohnya Angiospermae: jumlah bentuk daunnya tidak terhitung dan bahkan dalam satu tumbuhan setiap daun dapat berbeda secara ukuran dan bentuk, meskipun sesuai dengan bentuk umum seperti lonjong, linear, lanset, dan lainnya.[14] Misalnya bentuk lonjong menunjukkan bentuk yang lebih panjang dibandingkan dengan luasnya, tidak ada batasan yang jelas antar dimensi sehingga hal ini yang mengakibatkan jumlah variasi bentuk yang tidak terbatas.[14] Deskripsi teknis dari bentuk botani merupakan petunjuk yang paling mungkin digunakan ketika ditemukan bentuk yang tidak seorang pun pernah melihat secara langsung bentuk tersebut, sehingga ilustrasi visualnya dapat tergambarkankan.[14]

Klasifikasi[sunting | sunting sumber]

Seluruh bidang klasifikasi botani didasarkan pada variasi dalam bentuk keseluruhan organ dan bagian yang berbeda dalam tubuh tumbuhan.[14] Bentuk dari suatu tumbuhan merupakan gabungan dari setiap bagian yang menjadi kesatuan, namun bukan untuk menyatakan bagian-bagian yang sangat rinci.[14] Seluruh bentuk individu dan semua individu yang memiliki tingkat kemiripan tertentu, sebagian besar ditentukan secara subjektif dan dilambangkan dengan tata nama binomial yang memang merupakan istilah untuk bentuk yang paling kompleks.[14] Istilah yang digunakan untuk takson yang lebih tinggi akan lebih komprehensif sehingga kurang konkret secara bentuk visual.[14]

Morfogenesis[sunting | sunting sumber]

Morfogenesis merupakan aspek studi yang mempelajari bagaimana suatu organ atau bagian dapat terbentuk.[14] Kajian aspek morfogeneis dalam ilmu morfologi tumbuhan melibatkan studi pemahaman inisiasi dan perubahan dari sebuah organ dan bagian (termasuk yang sedang mengalami pertumbuhan), serta mekanisme yang mengakibatkan perubahan bahkan yang terjadi secara spesifik.[14] Proses inisiasi dan konstruksi dari berbagai bentuk terjadi sampai dengan tingkat sel.[14]

Tata nama[sunting | sunting sumber]

Setiap daerah memiliki nama lokal untuk masing-masing tumbuhan atau bentuk organ yang dikenal oleh orang awam, sehingga suatu tumbuhan atau organ tumbuhan dapat memiliki berbagai macam nama.[2]Komunikasi antar ilmuwan botani harus menggunakan istilah yang dapat dimengerti oleh semua orang dan bersifat universal, istilah dan nama ilmiah yang menyangkut takson-takson tumbuhan diatur dalam Kode Internasional Tatanama Tumbuhan (bahasa InggrisInternational Code of Botanical Nomenclature) yang merupakan kesepakatan ahli-ahli ilmu tumbuhan seluruh dunia yang ditetapkan pada kongres internasional.[2]Kode Internasional Tatanama Tumbuhan berisi tentang ketentuan yang berkaitan dengan morfologi dan terminologi. Penggunaan nama ilmiah merupakan kesepakatan ilmuwan seluruh dunia, pemilihan nama ilmiah bertujuan untuk menghindari timbulnya makna yang berbeda serta dapat dimengerti oleh semua orang di manapun berada, untuk itu dalam ilmu morfologi tumbuhan pada penulisan nama lokal tetap menyertakan padanan nama ilmiahnya.[2] Pemberian nama pada suatu takson atau spesies baru yang belum pernah dikenal sebelumnya harus melalui publikasi yang sahih berupa barang cetakan yang didistribusikan kepada umum, dalam pemberian nama takson harus mengikuti pemberian nama yang sesuai dengan ketentuan serta menyertakan deskripsi lengkap atau diagnosis yang ditulis dalam bahasa Latin.[2]
Fungsi dari morfologi tumbuhan adalah untuk menggambarkan bagaimana wujud atau bentuk tumbuhan dengan deskripsi.[2] Deskripsi dari bentuk tumbuhan sangat penting karena jika hanya sekadar nama tidak akan menggambarkan dengan jelas bagaimana wujud tumbuhan tersebut.[2] Pendeskripsian mengenai wujud dan suatu bentuk tubuh tumbuhan menggunakan istilah atau terminologi berupa kata-kata tertentu untuk mengungkapkan makna yang tertentu pula.[2]

Bagian-bagian tumbuhan[sunting | sunting sumber]

Diagram bagian-bagian tumbuhan
Bagian tumbuhan yang secara nyata dapat menunjukkan perbedaan (diferensiasi) dinamakan kormus yang merupakan bagian pokok tumbuhan, terdiri dari tiga bagian yaitu:[15]
  1. Akar (radix).[15]
  2. Batang (caulis).[15]
  3. Daun (folium).[15]
Organ-organ lain dapat digolongkan sebagai organ sekunder karena terbentuk dari modifikasi bagian pokok atau kombinasi bagian-bagian pokok yaitu:[15]
  • Kuncup (gemma), modifikasi dari batang dan daun.[15]
  • Bunga (flos), modifikasi dari batang dan daun.[15]
  • Duri (spina), modifikasi dari dahan maupun daun.[15]
  • Alat-alat pembelit (cirrhus), dapat berupa modifikasi daun maupun dahan.[15]
  • Umbi (tuber), modifikasi dari batang.[15]
  • Rimpang (rhizome), modifikasi dari batang beserta daun-daunnya.[15]
  • Umbi lapis (bulbus), modifikasi dari batang dan daun.[15]
Selain itu pada organ tumbuhan tertentu dapat ditemukan alat-alat lain yang biasanya lebih kecil atau lebih halus yang dinamakan alat tambahan atau alat pelengkap (organa accessoria), misalnya:[15]
  • Rambut atau bulu (pilus).[15]
  • Sisik (lepis).[15]
  • Lentisel (lenticulus).[15]

Alat hara[sunting | sunting sumber]

Masing-masing organ tumbuhan memiliki fungsi untuk menunjang kehidupan tumbuhan, organ yang berkaitan dengan pencarian serta penyerapan makanan bagi tumbuhan disebut alat hara (organum nutritivum) yang terdiri dari daun, batang, dan akar.[15]

Morfologi daun[sunting | sunting sumber]

Bentuk daun ;a. pedang/belati, b. jarum, c. linear, d. lanset, e. lanset oval, f. bulat telur, g. telur pipih, h. oval meruncing, i. sudip, j. bulat telur, k. lingkaran, l. ginjal, m. jantung terbalik, n. jantung, o. belah ketupat, p. berbagi menyirip, r. tombak s. anak panah, t. segitiga.[16]
Daun merupakan alat hara yang hanya terletak pada batang dan tidak pernah terdapat pada bagian lain, bagian batang tempat duduk atau melekatnya daun dinamakan buku-buku (nodus) batang, sedangkan tempat di atas daun yang berupa sudut antara batang dan daun dinamakan ketiak daun (axilla).[16] Pada sebagian besar Angiospermae bagian-bagian daun dapat dibedakan antara lain; dasar daun, tangkai daun, dan helai daun.[17] Daun dibagi terbagi menjadi daun tunggal dan daun majemuk, pada daun majemuk terdapat sejumlah anak daun yang melekat pada tangkai daun atau perpanjangannya pada sumbu (rachis) yang sama.[17] Anak daun yang muncul pada sisi lateral dari sumbu disebut daun majemuk bersirip, sedangkan jika semua anak daun muncul pada ujung sumbu yang amat pendek sehingga dapat dikatakan melekat pada ujung tangkai daun bersama maka daun seperti itu disebut daun majemuk menjari.[17] Selain itu terdapat lagi daun majemuk bangun kaki dan daun majemuk campuran, pembagian daun majemuk sebagai berikut:[16]
  • Daun majemuk menyirip (Pinnatus)[16]
  1. Daun majemuk menyirip beranak daun satu (unifoliolatus)[16]
  2. Daun majemuk menyirip genap (abruptepinnatus)[16]
  3. Daun majemuk menyirip ganjil (imparipinnatus)[16]
selain itu dapat pula penggolongan daun majemuk menyirip berdasarkan kedudukan anak daun pada ibu tangkainya:[16]
  1. Menyirip berpasangan.[16]
  2. Menyirip berseling.[16]
  3. Menyirip berselang-seling.[16]
pada daun menyirip ganda dapat dibedakan menurut tingkat kedudukan pada ibu tangkainya, antara lain:[16]
  1. Majemuk menyirip ganda dua (bipinnatus), jika anak daun berada pada cabang tingkat satu dari ibu tangkai.[16]
  2. Majemuk menyirip ganda tiga (tripinnatus), jika anak daun berada pada cabang tingkat dua dari ibu tangkai.[16]
  3. Pada posisi anak daun pada tingkat berikutnya dinamakan menyirip ganda empat, namun pada umumnya jarang ditemukan daun yang menyirip ganda lebih dari tiga.[16]
  • Daun majemuk menjari (Palmatus atau Digitatus)[16]
  1. Daun majemuk menjari beranak dua (bifoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat dua anak daun contohnya pada daun Cynometra cauliflora L.[16]
  2. Daun majemuk menjari beranak daun tiga (trifoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat tiga anak daun contohnya pada daun para atau karet (Hevea brasiliensis)[16]
  3. Daun majemuk menjari beranak daun lima (quinquefoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat tiga anak daun contohnya pada daun Gynandropsis pentaphylla[16]
  4. Daun majemuk menjari beranak daun tujuh (septemfoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat tujuh anak daun contohnya pada daun randu (Ceiba pentandra).[16]
  • Daun majemuk bangun kaki (Pedatus), daun ini memiliki susunan mirip daun majemuk menjari, tetapi dua anak daun paling pinggir tidak duduk pada ibu tangkai melainkan pada tangkai anak daun yang di sampingnya.[16]
  • Daun majemuk campuran (Digitatopinnatus), berupa daun majemuk ganda yang memiliki cabang-cabang ibu tangkai memencar seperti pada jadi dan terdapat anak-anak daun yang menyirip, singkatnya daun majemuk campuran merupakan campuran susunan yang menjari dan menyirip.[16]

Morfologi batang dan akar[sunting | sunting sumber]

Batang dan akar merupakan bagian yang dapat diibaratkan sebagai sumbu tumbuhan.[16][17] Batang akan membentuk tajuk melingkupi percabangan yang berakhir sampai daun, sedangkan akar akan membentuk perakaran berbentuk cabang-cabang akar yang berakhir sampai ujung akar.[16][17]
Fungsi dari batang antara lain: mendukung bagian tumbuhan yang berada diatas tanah, memperluas bidang penyerapan sinar matahari sekaligus memposisikan bagian-bagian tumbuhan agar berada pada posisi yang paling menguntungkan, jalan pengangkutan air dan zat makanan, dan menjadi tempat penimbunan cadangan makanan.[16] Bagian ujung sumbu batang merupakan titik tumbuhnya yang dikelilingi oleh daun muda.[17]Bentuk batang pada tumbuhan biji belah (Dicotyledoneae) bagian bawah umumnya lebih besar dan semakin mengecil pada bagian ujung, sedangkan pada tumbuhan biji tunggal (Monocotyledoneae) memiliki batang yang dari pangkal sampai ujung besarnya tidak begitu berbeda, hanya beberapa golongan saja yang bagian pangkalnya membesar seperti pada bermacam suku pinang-pinangan.[16]
Akar merupakan bagian bawah dari sumbu tumbuhan yang biasanya berkembang di bawah permukaan tanah, namun ada juga akar yang tumbuh di atas tanah.[16] Bagian-bagian akar dapat dibedakan menjadi; pangkal akar (collum), bagian akar yang berdekatan dengan pangkal batang; ujung akar (apex radicis), bagian akar yang paling muda terdiri atas jaringan yang masih aktif mengalami pertumbuhan; batang akar (corpus radicis), bagian yang berada di antara pangkal dan ujung akar; cabang akar (radix lateralis), bagian yang keluar dari akar pokok dan masih dapat membentuk percabangan lagi; serabut akar (fibrilla radicalis) cabang-cabang akar yang halus dan berbentuk serabut; rambut akar (pillus radicalis) bagian yang sebenarnya berupa tonjolan sel-sel kulit luar jaringan bentuknya menyerupai rambut; tudung akar (calyptra) terdapat pada bagian ujung akar yang berfungsi melindungi ujung akar yang masih muda.[16]

Alat perkembangbiakan[sunting | sunting sumber]

Bagian tubuh tumbuhan yang dapat tumbuh kembali menjadi individu baru dinamakan alat perkembangbiakan (organum reproductivum, diaspora, propagulum, disseminulum).[18] Alat perkembangbiakan dapat dibedakan dalam dua golongan, yaitu:[18]
  1. Alat perkembangbiakan vegetatif alami, yang terjadi menurut sifat bawaan tumbuhan itu sendiri, misalnya; umbi batang pada tanaman kentangumbi lapis pada berbagai jenis tumbuhan suku: Liliaceae dan Amaryllidaceaerimpang pada tumbuhan (Canna edulis Kerr.), geragih pada tumbuhan arbe (Fragraria vesca L.), dan anakan pada pisang.[18]
  2. Alat perkembangbiakan vegetatif buatan, yang terjadi karena perbuatan sengaja oleh manusia, misalnya: stek, yaitu bagian alat hara yang dipisahkan dari induk (dipotong) dan kemudian dapat tumbuh kembali menjadi tumbuhan baru.[18]
  • Alat perkembangbiakan generatif, yaitu bagian tubuh tumbuhan yang terbentuk dengan didahului oleh peristiwa perkawinan.[18] Pada tumbuhan berbiji alat perkembangbiakan generatif adalah bijinya, biji terdapat dalam buah, dan buah berasal dari bunga.[18]
  1. Bunga (flos), pada suatu tumbuhan adakalanya hanya terdapat satu bunga saja, misanya pada (Zephyranthes rosea) namun pada umumnya pada suatu tumbuhan dapat ditemukan banyak bunga.[18] Tumbuhan yang hanya menghasilkan satu bunga saja dinamakan tumbuhan berbunga tunggal (planta uniflora), sedangkan tumbuhan yang menghasilkan bunga lebih dari satu disebut tumbuhan berbunga banyak(planta multiflora).[18]
  2. Buah (fructus).[18]
  3. Biji (semen).[18]